BERANDA.CO, Samarinda – Ancaman kepunahan Pesut Mahakam mendapat perhatian serius dari Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Sarkowi V Zahry. Mamalia endemik Sungai Mahakam ini kini diperkirakan hanya tersisa sekitar 60 ekor di habitat aslinya, padahal secara global jumlahnya masih mencapai 80 ribu.
“Pesut Mahakam bisa punah kalau kita terus diam. Penegakan hukum lingkungan lemah, itulah akar masalahnya,” kata Sarkowi, Kamis (26/6/2025).
Menurut Sarkowi, aktivitas manusia seperti lalu lintas kapal tongkang pengangkut batu bara dan pertambangan di sepanjang Sungai Mahakam menjadi penyebab utama terganggunya habitat pesut.
“Pesut itu sensitif. Seperti manusia, mereka bisa stres. Suara bising dan polusi kapal membuat habitatnya rusak,” jelasnya.
Gangguan tersebut memaksa pesut menjauh dari wilayah-wilayah yang sebelumnya menjadi tempat tinggal alaminya. Kondisi ini membuat populasi mereka semakin menurun dari waktu ke waktu.
Sarkowi menyebut, regulasi untuk perlindungan satwa seperti pesut Mahakam sebenarnya sudah tersedia, baik dari Peraturan Daerah maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun, lemahnya implementasi di lapangan menjadi masalah utama.
“Perda ada, regulasi juga ada. Tapi kalau tidak ditegakkan, ya sama saja. Populasi pesut akan terus menurun,” tegasnya.
Politikus Partai Golkar ini menekankan bahwa upaya penyelamatan pesut Mahakam tidak bisa dibebankan kepada satu pihak saja. Ia menyerukan adanya sinergi antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, masyarakat, dan pelaku industri.
“Ini tanggung jawab bersama. Kita semua punya peran menjaga lingkungan dan melindungi ikon Kalimantan Timur ini,” ujar Sarkowi.
Lebih dari sekadar ikon daerah, pesut Mahakam memiliki fungsi ekologis penting dalam menjaga keseimbangan rantai makanan dan menjadi indikator kesehatan perairan.
“Kalau pesut hilang, itu artinya ekosistem kita sedang sakit. Maka dari itu, jangan tunggu sampai mereka benar-benar punah,” tutup Sarkowi. (adv/red)