BERANDA.CO, Samarinda – Pemuda di Benua Etam kini dituntut untuk tidak hanya memiliki keterampilan yang mumpuni, tetapi juga mendapatkan pengakuan resmi berupa sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Dengan sertifikasi tersebut, pemuda Kaltim diharapkan dapat bersaing secara lebih kompetitif dengan pemuda dari provinsi lain di Indonesia.
“Ketika kita membahas standar nasional, jelas terkait dengan BNSP. Pemuda dari Jakarta, Bandung, dan daerah lainnya harus memiliki standar yang setara dengan kita di Kaltim. Itulah tujuan utama kami,” ungkap Rusmuliadi, Analis Kebijakan Ahli Muda di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur.
Namun, Rusmuliadi mengungkapkan bahwa meskipun banyak pemuda di Kaltim yang sudah memiliki sertifikasi BNSP, kenyataannya banyak pengguna atau user yang lebih memilih untuk merekrut pemuda dari luar Kaltim. “Contohnya, saat ada acara berskala nasional yang berlangsung di sini,” katanya.
Kendati pemuda Kaltim memiliki potensi, tingkat kepercayaan user terhadap mereka masih rendah. Menurut Rusmuliadi, Dispora Kaltim berupaya meningkatkan kepercayaan ini dengan melaksanakan program Pelatihan Kecakapan Hidup (lifeskill) agar pemuda dapat menangkap peluang yang ada.
“Kami mengadakan pelatihan lifeskill agar user lebih memahami potensi pemuda lokal. Hal yang paling penting adalah mendapatkan kepercayaan user. Sertifikat BNSP menjadi bukti kemampuan mereka,” jelas Rusmuliadi.
Dia juga menambahkan bahwa hingga saat ini, belum ada survei khusus yang meneliti apakah kurangnya kepercayaan ini dipengaruhi oleh faktor lain seperti harga. “Kami belum melakukan survei terkait hal tersebut. Namun, setiap pekerjaan pasti memiliki hasil dan nilai. Jika ingin mendapatkan penilaian yang baik, kualitas pekerjaan juga harus tinggi,” jelasnya.
Di samping itu, Rusmuliadi menyatakan bahwa faktor lain yang mungkin mempengaruhi kepercayaan user adalah sikap pemuda itu sendiri. Dia menekankan bahwa hal ini adalah tanggung jawab masing-masing individu. “Kami tidak bisa mengintervensi masalah ini karena itu tergantung pada diri mereka masing-masing,” ujarnya.
Meski demikian, Rusmuliadi optimis bahwa pemuda Kaltim telah dibekali dengan nilai-nilai moral dan etika sejak dini. Misalnya, mereka diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua dan berbicara sopan. “Sikap memang harus dibangun, tetapi sekali lagi, itu tergantung pada diri sendiri,” pungkasnya. (red/adv)