spot_img

Magang di Tebing Breksi: Perjalanan Antonio Putra Diwa Menimba Ilmu Pariwisata

BERANDA.CO, Samarinda – Antonio Putra Diwa, mahasiswa Program Studi D4 Usaha Perjalanan Wisata (UPW), Jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Samarinda (Polnes), berbagi kisahnya selama magang di Tebing Breksi, Yogyakarta. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pemahamannya tentang pengelolaan destinasi wisata, tetapi juga membentuk pribadinya dalam memahami budaya dan masyarakat setempat.

Tebing Breksi, yang terletak di Desa Sambirejo, Sleman, Yogyakarta, awalnya merupakan tambang batu yang menjadi sumber mata pencaharian warga sejak tahun 1980-an. Namun, pada 2014, penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) mengungkap bahwa batuan di kawasan ini merupakan tufan, jenis batuan langka dengan nilai geologi tinggi. Atas dasar ini, pemerintah daerah menghentikan aktivitas tambang dan mengubah kawasan tersebut menjadi destinasi wisata yang kini dikenal luas.

Magang di Tebing Breksi: Belajar dari Destinasi Geoheritage

Antonio memilih Tebing Breksi sebagai lokasi magangnya pada semester 4 karena ingin mendapatkan wawasan langsung tentang pengelolaan destinasi wisata berbasis budaya dan geologi. “Saya ingin belajar bagaimana sebuah tempat yang dulunya tambang bisa berkembang menjadi destinasi wisata yang sukses,” ungkapnya.

BACA JUGA  Pemenuhan Sarana dan Prasarana di SMA 1 Long Pahangai, Mahulu, Akan Segera Terealisasi

Selama lima bulan menjalani magang, Antonio dan tiga rekannya—Andi, Afni, dan Novi—beradaptasi dengan lingkungan baru, menghadapi berbagai tantangan, serta terlibat langsung dalam pengelolaan wisata Tebing Breksi. Ia mengakui bahwa awalnya tidak ada sambutan spesial dari warga, namun seiring waktu, mereka diterima dengan baik dan membangun hubungan yang erat dengan masyarakat setempat.

Tantangan dan Kontribusi dalam Magang

Selama magang, mahasiswa Polnes diberikan proyek sebagai bentuk kontribusi bagi tempat magang mereka. Antonio dan Andi bertugas membuat buku saku pemanduan bagi para sopir jeep wisata, agar mereka dapat memberikan informasi yang lebih terstruktur kepada wisatawan. Sementara itu, Afni dan Novi menyusun buku profil Taman Tebing Breksi untuk membantu pengelola dalam mempromosikan destinasi tersebut.

BACA JUGA  20 Bidang Lomba Tantang Kemampuan Siswa di LKS SMK 2024 Kaltim

Menurut Antonio, tantangan utama selama magang adalah menyesuaikan diri dengan budaya dan cara kerja masyarakat setempat. Namun, dukungan dari pembimbing kampus, Pak Fauzan dan Mis Musda, serta pembimbing lapangan, Pak Halim dan Pak Kholiq, sangat membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Pengalaman Berharga di Yogyakarta

Selain pembelajaran akademis, Antonio juga merasakan pengalaman hidup yang berharga. Ia terkesan dengan keramahan masyarakat Sambirejo, biaya hidup yang lebih terjangkau, serta keindahan alam pedesaan Yogyakarta. “Di sana, saya belajar menghargai perbedaan suku, agama, dan budaya. Saya juga menjadi lebih mandiri karena harus hidup jauh dari keluarga,” tuturnya.

Bagi Antonio, Tebing Breksi bukan sekadar tempat magang, tetapi juga bagian dari perjalanan hidupnya. “Saya berjanji suatu saat akan kembali ke sana,” ujarnya penuh semangat. (red)

Facebook Comments Box
spot_img

Baca Juga

Artikel Terkait

google-site-verification=2BD9weAnZwEeg5aPSMuk5688uWcb6MUgj2-ZBLtOHog