Indonesia mengoleksi 54 Taman Nasional (TN). Tersebar mulai dari ujung timur, barat, utara, sampai selatan Nusantara. Seolah menjadi jembatan imajiner penghubung belasan ribu pulau yang menghampar mengapung di atas samudera.
TAMAN nasional mewakili kawasan yang sangat ikonik dalam perjalanan panjang sejarah nusantara. Beragam keindahan bentang dan lanskap alam, kekayaan flora dan fauna, sosial budaya dan lainnya hidup harmonis sejak lama hidup harmonis di dalamnya.
Dua di antaranya berada di provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng): TN Sebangau dan TN Tanjung Puting. Tidak hanya menikmati keindahan dan kecantikan lanskapnya saja, kamu juga akan diajak belajar memahami kehidupan liar di dalamnya serta melihat berbagai keajaiban alam liar kalimantan yang mengagumkan.
TAMAN NASIONAL SEBANGAU
Dengan luas mencapai 568.700 Ha, menjadikan taman nasional ini sebagai perwakilan ekosistem hutan rawa gambut terluas di Indonesia. Keberadaanya sangat mendukung tiga aliran sungai: Kahayan, Sebangai dan Katingan, yang merupakan denyut nadi peradaban manusia dan kehidupan liar di sekitarnya sejak berabad-abad yang lalu. Sebangau merupakan rumah beragam satwa dan tumbuhan: 25 jenis mamalia, 116 jenis burung Borneo, 36 jenis ikan, serta sekitar 166 jenis flora.
Sejak dulu, sungai-sungai di dalam kawasan TN Sebangau, telah menjadikan jalur transportasi bagi komunitas Dayak. Dengan keahlian yang dimilikinya, dengan sampan, mereka menembus setiap anak-anak sungai yang seperti labirin, untuk menjangkau kampung-kampung.
Mengunjungi dan berpetualang menyusuri sungai di TN yang berada di wilayah Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulau Pisau, akan membawa kamu merasakan sensasi petualangan alam Kalimantan dengan kehidupan liarnya.
Menariknya, TN Sebangau, sangat mudah diakses dari ibu kota Kalteng, Palangka Raya. Hanya sekitar 15 menit berkendaraan darat dari pusat kota, kamu sudah tiba di Desa Kereng–gerbang utaman taman nasional.
Saat mengarungi sungai Koran dengan airnya yang berwarna hitam – karena mengandung zat tanin dari rawa gambut, kamu seolah berada di atas kaca cermin yang memantulkan rumah-rumah penduduk dan pepohonan serta tumbuhan di sekitarnya. Karena, sejatinya airnya sangat jernih.
Kalau sedang beruntung, kamu dapat melihat Bekantan (Nasalis lavartus) dengan hidung mancungnya yang khas. Mereka, akan melompat, menyeberang dari pohon ke pohon. Biasanya, Bekantan yang terlihat merupakan dalam satu koloni atau sekeluarga.
Setidaknya, menurut LIPI dan WWF, kawasan ini menjadi habitat tidak kurang dari 809 jenis flora. Juga menyimpan 223 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai tanaman obat.
Selain itu, kawasan konservasi ini, juga merupakan habitat alami jenis kera besar, Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Mereka hidup secara liar di sini. Mengutip dari siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada Maret 2020, dikatakan pada 2007, terdapat sebanyak 5.400 individu Orangutan.
Sedangkan, pada 2015, telah mengalami peningkatan populasi sebanyak 426 individu (7,8%). Artinya rata-rata penambahan salah satu satwa endemik Indonesia yang dilindungi ini mencapai 53 individu (1,1%) pertahunnya.
Selain itu di sini, juga hidup jenis kera ekor panjang dan satwa lainnya. Termasuk jenis reptil dan burung-burung khas: Elang kepala kelabu, Kilik-kilik ilir dan Kangkareng. Tenjut saja beragam jenis tumbuhan khas, tiga di antaranya: pohon ulin, anggrek hitam, dan kantong semar atau Nephentes.
Nah, untuk diketahui, secara khusus, keberadaan TN Sebangau untuk melindungi dan melestarikan ekosistem hutan rawa gambut dan menjamin kelestarian keanekaragaman hayatinya, khususnya Orangutan. Karenanya, tidak heran, kalau di taman nasional ini, telah dilakukan penanaman areal seluas 9.626 Ha dan dibangun sekat kanal (canal blocking) sebanyak 1.318 unit.
Sselain menyusuri sungai-sungainya, pengunjung juga dapat melintasi jembatan titian–terbuat dari kayu ulin–dan trekking ke dalam hutan serta naik ke atas menara pandang untuk melihat lanskap sebagian kawasan TN Sebangau dari ketinggian. (*/erm)